-->

MENANG ATAS BADAI


MENANG ATAS BADAI

      Memang benar Menang atas badai itu begitu indah walupun harus melalui gelombang yang sangat besar.



      Kemarin untuk pertama kali aku beribadah di gereja GKI Peterongan Semarang jam 5 sore. Yang ingin kubahas dalam artikel kali ini khotbah minggu itu, yaitu dengan tema MENANG ATAS BADAI. Dan aku sangat menyukai temanya. Barulah aku sadar dan mengerti saat itu jawaban yang sebenarnya apa yang selama ini belum mampu kujawab sendiri pertanyaan yang selalu mengalir di otak ku.
          Masih ingatkan, 26 Desember 2004 laluu, Aceh berkabung. Badai tsunami hebat telah meluluhlantahkan semua, rata dengan tanah. Badai berkecepatan tinggi itu dating tiba-tiba. Tidak satupun menyangka, malam Natal penuh sukacita bisa menjadi malam perkabungan. Bukan hanya Aceh berkabung, juga seluruh dunia berduka atas tewasnya ratusan jiwa. Itulah badai. Dating tak terduga dan hanya meninggalkan duka.
          Hidup manusia pun tak lupa dari berbagai “badai”. Problematika hidup tiba-tiba menghampar dimuka dan kita tidak tahu mencari jawaban kemana. Semua jalan tanpak buntu dan kita hanya bisa menggerutu. Tidak mampu bertindak tepat karena semua terjadi begitu cepat. Fenomena ini nyata, buka ilusi semata, dan bisa juga menimpa orang percaya. Termasuk saya, atau keluargaku. Kami (keluargaku) adalah orang yang selalu dekat dengan Tuhan. Selalu berpengharapan pada Yesus. Tetapi apa yang kudapati?? apa yang kami dapati?? Kami menghadapi badai bahkan lebih besar dari badai tsunami itu menurutku. Badai kehidupan ini sangat membuatku dan kami (keluagaku) tak berdaya. Ayahku sakit parah kanker dan menghadap Tuhan Yesus awal bulan Mei kemarin, yang tepat hari Pendidikan Nasional tanggal 2 Mei. Tanpa alasan. Aku bertanya, “Tuhan Kenapa?” aku selalu bertanya dan berteriak tentang semua ini “Tuhan, kami salah apa, kami kurang apa?” orang yang kami kasihi, orang yang menjadi tumpuan keluargaku, orang yang menjadi motivasi dalam keluarga kami, kukenal jelas sosok ayah di keluargaku, juga ditengah-tengah masyarakat, ayah adalah orang yang selalu membantu yang tanpa mengharapkan balas kebaikan. Sungguh ku tak mengerti. Mengapa sosok seperti ayah harus duluan menghadap Bapa di Surga?. Sekali lagi kuberteriak, “Yesus, kenapa harus kami lalui seperti ini?” sama seperti Ayub orang yang saleh itu (Ayub 1:13-19; 2:9) (Ayub 31) Tuhan tidak segera menjawab. Tuhan diam dan kami hanya mendengar kebisuan.
          Melihat lagi badai tsunami Aceh, kita melihat sebuah fakta menarik. Ternyata tidak semua bangunan hancur rata dengan tanah. Ada bangunan yang masih bisa berdiri kokoh, tidak tergoyangkan oleh badai. “Koq bisa? Kenapa ketika semua bangunan hancur, dia tetap berdiri tegak?” jawabannya bisa beragam . namun satu hal pasti: ia pasti berdiri kokoh, karena memiliki dasar (fondasi) yang kokoh. Dalam menghadapi badai kehodupan. Kita pun harus punya dasar yang kokoh agar bisa menang. Siapa dasar yang menopang kita? Tuhan yang membuat “badai itu diam sehingga gelombang-gelombang itu tenang” (Mazmur 107:29). YESUS YANG BERKUASA ATAS BADAI (Markus 4:35-4) akan menopang kita menghadapi semua badai kehidupan hingga kita menang.
          Cobalah mengerti dan pahami apa yang tertulis di Injil Markus 4-35-41 ketika di perahu murid-murid serta orang-orang ketakutan melihat keadaan dimana badai sedang menerjang mereka sementara Yesus tertidur pulas di buritan sebuah tilam. Coba pahami lebih dalam. Salah seorang murid Yesus berkata, “Guru, Engkau tidak peduli kalau kita binasa?” (Markus 4:38) apa yang dikatakan Yesus yang menjadi inspirasi bagi kami atau kita semua. Yesus berkata “Mengapa kamu begitu takut? Mengapa kamu tidak percaya?” kita teliti dengan seksama, secara logika pada kejadian itu, murid-murid Yesus yang bersama dengan dia, tidak percaya bahwa Allah sedang bersama  mereka saat itu. Itu sebabnya Yesus melontarkan dua kalimat pertanyaan pada kita. Dan itu mengajarkan bahwa “JIKA BERJALAN BERSAMA YESUS, TIDAK PERLU TAKUT, PERCAYALAH, BERJALAN BERSAMA YESUS AKAN AMAN SENTOSA, SEKALIPUN BADAI MENGHADANG KITA”. Sama seperti kisah pilu ku, badai yang kami hadapi di tengah-tengah keluargaku, usia ku yang masih muda dan aku masih punya seorang adik sungguh badai kehidupan yang harus kulalui. Mungkin aku harus mengakhiri teriakan pertanyaanku (kenapa??) pada Yesus, karena aku bersam Dia selamanya.
          MENANGLAH ATAS BADAI. Asalkan Yesus ada didekatmu. Semua itu bukan usaha kita, tapi karena anugerah dan kasih Allah bapa dan Yesus Kristus serta Roh Kudus. Kita tidak bisa menang atas badai, tetapi kita dimenangkan karena topangan Tuhan, peletak dasar bumi. (Ayub 38:4).
Salam Kasih dari My Compass Direction
God Bless You
BERIKAN KOMENTAR ()